Thursday, September 17, 2015

Berbagi Pengalaman Tentang Masa-Masa Sekolah Ku


Check it out....
Mungkin saya bisa memulai dari identitas diri saya. Saya terlahir disebuah Desa di Provinsi Jambi dan saya adalah anak ke-3(tiga). Saya SD ( sekolah dasar) sampai SMP (sekolah menengah pertama) di sebuah Desa di Jambi yang menjadi tempat kelahiran saya. Saat SD saya masih ingat melakuakan pekerjaan dengan menjual kecambah pohon minces untuk mendapat uang. Kecambah tersebut kami dapatkan di belakang rumah saya dan teman-teman saya, karena dulunya bisa dibilang daerah saya masih hutan. Namun hal itu hanya berlangsung kuang lebih 1 Tahun saat kelas satu SD.
Pengalaman saya yang paling membuat saya kagum saat ini adalah pada masa SMP. Bisa dibilang masa SMP saya tidak terlalu sibuk, sehingga bisa banyak mengerjakan hal lain, dan yang paling sering adalah bermain. Pada masa SMP saya sangat sering bermain. Dari bermain tersebut saya bertemu seorang bapak penjual ikan Cupang dan ikan Capi-capi di desa saya. Saya pun membeli ikan tersebut dan memeliharanya di rumah. Saat bermain pasti saya dan teman-teman saya selalu bermain atau mengunjungi ke tempat bapak penjual ikan Cupang tersebut. Semakin sering saya bermain, banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari penjelasan bapak tersebut mengenai ikan Cupang. Dan kebetulan bapaknya baik dan kenal sama kami, karena bapak tersebut satu desa dengan kami. Saya dan teman-teman sayapun mengetahui banyak hal, mulai
dari budidaya ikan tersebut, beternak hingga bertelur, makanan dan sifat-sifat ikan tersebut dan lain sebagiannya. Banyak anak yang datang untuk membeli ikan di rumah bapak tersebut, namun hanya saya dan teman sayalah yang ingin melakukan budidaya ikan tersebut. Awalnya memang saya dan teman saya hanya mencoba membudidayakan ikan tersebut. Dan ternyata budidaya yang kami lakukan berhasil. Mulai saat itupun saya melakukan penjualan ikan Cupang. Pembeli dari ikan-ikan yang saya budidaya adalah teman-teman sepermainan saya dan teman sekolah. Saya disitu tidak tau yang namanya soal Bisnis atau apalah namanya. Dan orang tua sayapun mendukung-mendukung saja. Saat itu saya menjual ikan cupang tersebut 5000 per ekor (harga yang wajar jika di Desa saya,bahkan murah). Dan untungnya lumayan. Disamping saya membudidaya ikan tersebut, saya juga melakukan reseller. Seperti ini ceritanya, dari desa saya ke kota jambi menempuh waktu selama 3-4 jam. Bisa dibilang keluarga saya ( orang tua saya) hampir setiap 2 kali sebulan  pergi ke Kota Jambi untuk membayar segala bentuk bayaran/tagihan sebab di Desa kami sangat susah layanannya. Nah, di situlah saya tidak sengaja melihat ada ikan Cupang indah dan cantik sekali, ada yang berwarna merah, ungu, pink, biru dan lain-lain. Di situ saya langsung membandingkan kenapa ikan yang saya budidayakan warnanya hanya hijau dan biru kehitaman?. Akhirnya saya membeli ikan Cupang yang berwarna-warni tersebut dengan harga Rp 10.000. Saat itu saya hanya membeli sedikit, kalau tidak salah 3 ekor. Dan ternyata teman-teman saya tertarik dengan ikan yang saya beli di Kota Jambi tersebut. Saya pun berpikir untuk menjualnya, dan saya menjualnya dengan harga 2 kali lipat. Disitu saya terlalu tergiur dengan untung yang besar, sehingga sayapun menjualnya menjadi Rp. 20.000 per ekor.
Semakin banyak respon untuk membeli ikan yang saya beli di Kota Jambi, sayapun setiap ikut ke Kota selalu membeli ikan Cupang Tersebut. Kalau tidak salah saya melakukan bisnis tersebut sampai 5(lima) bulan saja karena konsumen (pembeli semakin menurun). Ditambah lagi mulai malas untuk mengurus budidaya ikan tersebut dikarenakan saat itu saya sudah kelas 3 SMP, dan mulai agak sibuk. Dalam bisnis pasti atau tekadang ada yang namanya kerugian dan saat itu saya tidak merasakan yang namanya kerugian, karena uang yang saya pakai (modal) berasal dari orang tua saya. Pada saat itu pernah di tegur sama orang tua saya, katanya: modalnya kan dari mama, kok kamu masukin semua ketabungan mu bersama modalnya juga? Disitu saya langsung menanggapi, “ini nanti aku gunakan untuk beli baju dan alat-alat keperluan sekolah ketika SMA mak”. Orang tua saya pun merelakannya. Saya pada saat itu tidak terlalu bangga dengan pengalaman yang saya lakukan saat SMP sebab bisnis tersebut mengalir sesuai kondisi dan situasi tanpa terencana dari jauh-jauh hari. Dan setelah lulus SMP saya melanjutkan SMA(sekolah menengah atas) di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Hingga melanjut perkuliahan di Surakarta tepatnya di Universitas Sebelas Maret.
Banyak hal yang saya lalui dari pengalaman yang saya perbuat. Saya menjadi pribadi yang berani, terutama pada aspek Traveling, sendiri pun saya berani karena sudah terbiasa.

No comments:

Post a Comment