tadahhhhh ini lanjutan dari blog sebelumnya guys!!!
Mengajar di Sekolah juga
salah satu program kami. Walau pun saya bukan FKIP tapi tetap juga ikut mengajar yeah.
Mengajar memang butuh kesabaran sekali. Pernah saya mengajar kelas 2 dan 3 SD
Negeri Kolon jangan kan membaca mengenal
dan menulis huruf saja belum lancarrrrr! Tsadistttt... Saat itu “Yok kita
sama-sama belajar bara huruf ya, ini apa? A ini? B ini? C...dst (dalam hati ih udah lumayan mantap bahh!)
“lanjut yaa” terus ketika di tanya secara acak “ini huruf apa? *nunjuk
J,”????”. Hadehhhhh Sabarrrrr. “Ulang lagi ya ini apa? A ini? B ini?
C...dst” di tanya secara acak “ini huruf
apa? *nunjuk H,”????”. Gitu aja terus sampai berbuih ini mulut. Haha Sabarrrrr.
Mereka memang sangat-sangat butuh pengajar karena mereka sering sekali gurunya
tidak masuk kelas dan kekurangan guru. Suatu ketika pulang sekolah minggu ada seorang
bocah namanya Afred dia semangat sekali mau belajar bahasa inggris namun
fasilitas disekolah tidak mendukung dan bukupun tidak ada. Kasihan sebenarnya
disaat ada siswa yang semangat namun ya brgitulah....Dan ke
betulan kami membangun rumah baca beserta buku-buku di dalamnya, dan harapannya bisa menjadikan semangat adik-adik kami ini semakin meningkat.
betulan kami membangun rumah baca beserta buku-buku di dalamnya, dan harapannya bisa menjadikan semangat adik-adik kami ini semakin meningkat.
Mayoritas di sana adalah
beragama Kristen dan kami (mahasiswa non-islam) mengajarkan anak-anak sekolah
minggu juga disetiap hari minggu. Sungguh pengalaman baru untuk kami biasa
mengajarkan apa yang pernah kami dapat di tempat kami tinggal. Walaupun hanya 5
minggu kami mengajar disana sudah cukup untuk membangkitkan semangat mereka.
Sedih ketika minggu terakhir kami mengajar dan memberikan pesan salam perpisahan
untuk mereka. “rajin sekolah minggu ya adik-adik” “nanti kalau kaka nya su
tidak ada lagi disini semangatnya jangan menurun” “makin rajin bantu orang tua”
“rajin belajar dan sekolah” “ingat terus sama kaka kaka nya OK”.
Wahhh jadi teringat pas awal-awal
tiba di Desa ini terasa ga betah dan pengen balik ke Solo, ketika sudah di
akhir dan mulai merasakan kekeluargaan di desa ini rasanya pengen lebih lama
lagi... Sedihnya luar biasa semuanya meteskan air mata mulai dari adik-adik,
mama-mama, pemuda, dan bapak-bapak apa lagi anak-anak KKNnya. Big Thanks to my
another family for the incredible experience. Au umnao isko adik, mama, bapak
semuanyaaa....
No comments:
Post a Comment